Loading...
world-news

MATERI PELAJARAN

Tata Nama Senyawa Materi Kimia Kelas 10

Ilmu kimia mempelajari jutaan senyawa, dari yang sederhana seperti air (H₂O) hingga kompleks seperti protein atau polimer sintetis. Agar komunikasi ilmiah berjalan jelas dan seragam, diperlukan sistem tata nama senyawa (nomenklatur kimia). Sistem ini memastikan bahwa setiap senyawa memiliki nama yang unik, logis, dan dapat dipahami oleh semua ilmuwan di dunia.

Organisasi yang mengatur standar penamaan senyawa adalah IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Sistem IUPAC memberikan aturan umum yang berlaku internasional, meskipun dalam praktik sehari-hari beberapa senyawa masih dikenal dengan nama trivial (nama umum).

Artikel ini membahas:

  1. Prinsip umum tata nama senyawa.

  2. Tata nama senyawa anorganik.

  3. Tata nama senyawa organik.

  4. Nama trivial dan nama sistematis.

  5. Pentingnya tata nama dalam pendidikan, riset, dan industri.

1. Prinsip Umum Tata Nama Senyawa

  1. Keseragaman: nama harus berlaku sama di seluruh dunia.

  2. Kejelasan: nama harus menghindari ambiguitas.

  3. Logis: nama sebaiknya menunjukkan komposisi dan struktur.

  4. Kesederhanaan: sejauh mungkin, nama harus mudah diucapkan dan diingat.

Tata nama kimia dibedakan menjadi dua kelompok besar:

  • Nomenklatur anorganik: untuk senyawa logam, non-logam, garam, asam, basa, oksida, dll.

  • Nomenklatur organik: untuk senyawa karbon (alkana, alkena, alkuna, alkohol, aldehida, keton, dll).

2. Tata Nama Senyawa Anorganik

2.1 Senyawa Biner (dua unsur)

a. Senyawa Ionik Biner

  • Terdiri atas kation (logam) + anion (non-logam).

  • Aturan:

    • Nama kation disebut lebih dulu (menggunakan nama unsur).

    • Nama anion berasal dari unsur non-logam dengan akhiran –ida.

Contoh:

  • NaCl → natrium klorida.

  • CaO → kalsium oksida.

  • Al₂O₃ → aluminium oksida.

Jika logam memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi, digunakan angka Romawi.

  • FeCl₂ → besi(II) klorida.

  • FeCl₃ → besi(III) klorida.

b. Senyawa Kovalen Biner

  • Terdiri atas dua unsur non-logam.

  • Aturan:

    • Gunakan awalan Yunani (mono-, di-, tri-, tetra-, penta-, heksa-, dst) untuk menunjukkan jumlah atom.

    • Unsur pertama disebut sesuai nama unsur.

    • Unsur kedua diberi akhiran –ida.

Contoh:

  • CO → karbon monoksida.

  • CO₂ → karbon dioksida.

  • N₂O₅ → dinitrogen pentaoksida.

2.2 Senyawa Oksida

  • Oksida logam → logam + oksigen.

    • MgO → magnesium oksida.

    • Fe₂O₃ → besi(III) oksida.

  • Oksida non-logam → non-logam + oksigen, dengan awalan Yunani.

    • SO₂ → sulfur dioksida.

    • SO₃ → sulfur trioksida.

2.3 Asam dan Basa

a. Asam Biner (HX)

  • H + non-logam.

  • Nama: asam + [nama non-logam]-ida.

    • HCl → asam klorida.

    • H₂S → asam sulfida.

b. Asam Oksi (H + non-logam + O)

  • Aturan:

    • Jika jumlah oksigen lebih banyak → akhiran –at.

    • Jika jumlah oksigen lebih sedikit → akhiran –it.

    • Untuk larutan → ditambahkan kata asam.

Contoh:

  • HNO₂ → asam nitrit.

  • HNO₃ → asam nitrat.

  • H₂SO₃ → asam sulfit.

  • H₂SO₄ → asam sulfat.

c. Basa

  • Terdiri dari kation logam + OH⁻.

  • Aturan: sebutkan nama logam diikuti dengan kata “hidroksida”.

    • NaOH → natrium hidroksida.

    • Ca(OH)₂ → kalsium hidroksida.

    • Al(OH)₃ → aluminium hidroksida.

2.4 Garam

  • Garam terbentuk dari reaksi asam + basa.

  • Aturan: nama kation diikuti dengan anion (tanpa kata “asam” atau “basa”).

Contoh:

  • NaCl → natrium klorida.

  • K₂SO₄ → kalium sulfat.

  • CaCO₃ → kalsium karbonat.

2.5 Senyawa Kompleks

  • Penamaan lebih rumit, melibatkan ligan, atom pusat, dan bilangan oksidasi.

  • Aturan:

    • Nama ligan disebut lebih dulu (alfabetis), lalu atom pusat dengan bilangan oksidasi.

    • Ligan anion → akhiran –o, ligan netral tetap (NH₃ → amina).

Contoh:

  • [Cu(NH₃)₄]²⁺ → tetramina tembaga(II).

  • [Fe(CN)₆]³⁻ → heksasiano besi(III).

3. Tata Nama Senyawa Organik

3.1 Prinsip Dasar Nomenklatur IUPAC

  1. Tentukan rantai induk (rantai karbon terpanjang).

  2. Tentukan jenis ikatan (jenuh/tak jenuh).

  3. Beri nomor pada rantai induk agar substituen mendapat nomor serendah mungkin.

  4. Tentukan substituen (alkil, halogen, nitro, dll).

  5. Satukan nama sesuai aturan: [nomor]-[substituen][rantai induk][akhiran].

3.2 Senyawa Hidrokarbon

a. Alkana (CnH₂n+2)

  • Rantai karbon jenuh (ikatan tunggal).

  • Nama: berdasarkan jumlah atom C.

    • CH₄ → metana.

    • C₂H₆ → etana.

    • C₃H₈ → propana.

    • C₄H₁₀ → butana.

b. Alkena (CnH₂n)

  • Memiliki ikatan rangkap dua.

  • Akhiran –ena.

    • C₂H₄ → etena.

    • C₃H₆ → propena.

c. Alkuna (CnH₂n-2)

  • Memiliki ikatan rangkap tiga.

  • Akhiran –una.

    • C₂H₂ → etuna.

    • C₃H₄ → propuna.

d. Sikloalkana

  • Rantai karbon membentuk cincin.

  • Nama diawali dengan siklo–.

    • C₆H₁₂ → sikloheksana.

3.3 Senyawa Turunan Hidrokarbon

  1. Alkohol (–OH)

    • Akhiran: –ol.

    • CH₃OH → metanol.

    • C₂H₅OH → etanol.

  2. Aldehida (–CHO)

    • Akhiran: –al.

    • HCHO → metanal (formaldehida).

    • CH₃CHO → etanal (asetaldehida).

  3. Keton (–CO–)

    • Akhiran: –on.

    • CH₃COCH₃ → propanon (aseton).

  4. Asam Karboksilat (–COOH)

    • Akhiran: asam –at.

    • HCOOH → asam metanoat.

    • CH₃COOH → asam etanoat.

  5. Ester (–COO–)

    • Akhiran: –oat.

    • CH₃COOCH₃ → metil etanoat.

  6. Amina (–NH₂)

    • Akhiran: –amina.

    • CH₃NH₂ → metilamina.

  7. Amida (–CONH₂)

    • Akhiran: –amida.

    • CH₃CONH₂ → etanamida.

  8. Halogenalkana

    • Nama: halogen + alkana.

    • CH₃Cl → klorometana.

    • CH₃CH₂Br → bromoetana.

3.4 Senyawa Aromatik

  • Turunan benzena (C₆H₆).

  • Contoh:

    • C₆H₆ → benzena.

    • C₆H₅CH₃ → metilbenzena (toluena).

    • C₆H₅OH → hidroksibenzena (fenol).

    • C₆H₅COOH → asam benzoat.

4. Nama Trivial dan Nama Sistematis

  • Nama trivial: nama umum yang sering digunakan sehari-hari.

    • H₂O → air.

    • NH₃ → amonia.

    • CH₃COOH → asam asetat.

  • Nama sistematis: nama resmi menurut aturan IUPAC.

    • CH₃COOH → asam etanoat.

    • NaHCO₃ → natrium hidrogen karbonat.

Nama trivial masih banyak dipakai di industri dan masyarakat, namun dalam publikasi ilmiah, nama IUPAC lebih diutamakan.

5. Pentingnya Tata Nama Senyawa

  1. Komunikasi Ilmiah: memudahkan peneliti di seluruh dunia memahami senyawa yang dimaksud.

  2. Pendidikan: dasar untuk belajar kimia lebih lanjut.

  3. Industri: menghindari kesalahan fatal akibat kesalahpahaman senyawa.

  4. Kesehatan: memastikan ketepatan informasi obat dan zat kimia.

  5. Lingkungan: mempermudah identifikasi zat berbahaya.

Tata nama senyawa merupakan sistem internasional yang memastikan keseragaman dan kejelasan dalam penamaan bahan kimia. Aturan IUPAC membagi nomenklatur menjadi anorganik dan organik, dengan kaidah khusus untuk masing-masing jenis senyawa.

Pemahaman tata nama bukan hanya hafalan, tetapi keterampilan untuk membaca, menulis, dan memahami struktur kimia. Dengan menguasainya, siswa dan peneliti dapat berkomunikasi lebih efektif serta menghindari kebingungan dalam mengidentifikasi senyawa.

Baca Juga